Kelayakan Mengajar Guru

Nama : Syarifah Maulida Azzahra
Nim : 18413241055
Prodi : Pendidikan Sosiologi B 2018
Dosen Pengampu : Dra. Puji Lestari, M.Hum & Aris Martiana, M.Si.
Tugas UTS Sosiologi Antropologi Pendidikan



Kelayakan Mengajar Guru

     Guru merupakan titik sentral yang strategis dalam kegiatan pendidikan disamping diberi tugas mengajar dan “mendidik” guru juga dibebani tugas sebagai pelaku pembauran. Mengingat tugas tersebut kelayakan mengajar menjadi persyaratan mengajar yang harus dipenuhi. Kondisi guru kita sekarang cenderung memprihatinkan. Sutardjo, 2004, menyatakan hasil survey yang berkaitan dengan kurangnya kemampuan guru dalam mentransformasikan ilmu dan ketrampilan kepada siswa dari 22.899 guru di Jakarta yang dites untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan guru dalam bidang studinya saat mengajar memperlihatkan bahwa persentase guru yang memperoleh nilai tujuh (artinya cukup dalam penguasaan materi bidang studinya) relative sedikit (38,96%) dibandingkan mereka yang mendapat nilai kurang dari enam (Hamzah B Uno, 2007:135).
   
     Duncan Grey dalam tilaar (2002) menyatakan para Guru dewasa ini kebanyakan buta dalam penguasaan teknologi informasi yang diperlukan. Oleh sebab itu sudah harus mulai dipersiapkan guru-guru generasi baru yang menguasai pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pembelajaran.

     Mengingat sentralnya peran guru maka system penerimaan dan pembinaan guru harus dievaluasi dalam rangka memperbaiki system pendidikan nasional. Apabila tingkat kelayakan mengajar sudah dipenuhi, tuntutan perbaikan kesejahteraan bagi guru harus menjadi agenda pokok program pemerintah.

     Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas dan kemampuan para guru, antara lain seperti :

     1. Mengadakan seminar mengenai perkembangan teknologi.

Hal ini perlu dilakukan agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan para guru maupun calon guru dalam bidang teknologi. Dan lebih baik jika kegiatan ini diwajibkan untuk para guru maupun calon guru agar terjadi penyetaraan dalam kegiatan penambahan wawasan ini.

     2. Mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya menguasai teknologi.

Sosialisasi juga tidak kalah pentingnya, para guru hendaknya dihimbau untuk mengikuti sosialisasi mengenai perkembangan teknologi pada masa sekarang ini. Karena dengan adanya sosialisasi, maka dapat menambah juga wawasan mengenai perkembangan teknologi.

     3. Mengadakan pelatihan-pelatihan khusus.

Dapat juga diadakannya pelatihan-pelatihan khusus terutama mengenai tentang pelatihan penggunaan teknologi terkini, seperti pelatihan pengoperasian komputer, laptop, dan alat elektronik yang lain.

     4. Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Hal ini juga dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan pada guru. Contohnya diadakannya beasiswa S2 maupun S3 kepada para guru agar mereka lebih semangat dan tergerak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan baik.

     Dilihat dari Teori Interaksionisme Simbolik yang berarti bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh individu didorong oleh hasil pemaknaan sosial terhadap lingkungan sekitarnya, sama halnya dengan fenomena ini. Para guru harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan teknologi. Seiring dengan berkembangnya zaman, para guru maupun calon guru juga harus bisa bersaing dengan kemajuan teknologi. Agar terciptanya hubungan yang seimbang antara kemajuan teknologi dan perkembangan kualitas para pengajar.

Referensi : http://massugiyanto.blogspot.com/2011/05/fenomena-pendidikan-di-indonesia.html?m=1

Komentar